Tuesday, July 29, 2008

Dlink DWL 2100AP

dwl2100.jpgProduk ini cepat sekali Hang dan bekerja tidak stabil.

Belum lagi dengan ke-frustasi-an bila kita memindah LAN dari configuration unit(Laptop 1) ke working unit(Router 1).

Device ini bahkan tidak dapat di ping dari unit yang sudah pasti memiliki mac address berbeda dengan mac address configurations unit.
Solusinya cukup aneh, yaitu mematikannya lebih dari 5 menit, dan menghidupkannya kembali; pada setiap kali kita memindah LAN nya ke unit satu ke lainnya. Hal yang sama terjadi bila link terputus.

Saya mendapatkan support dari Dlink untuk problem ini, dan diberikan Firmware baru untuk setiap HW version dari DWL 2100AP yang saya miliki. Namun masalahnya tak kunjung selesai.

Dengan modal baca-baca dan google, akhirnya ditemukan beberapa cara untuk “fixing” device multiguna ini, tetapi sebelumnya kita temukan dulu masalah-masalahnya.

  1. Sering Hang, karena terlalu Panas. Bagi yang belum tahu suhu ditempat saya pada siang hari, bisa mencapai 30`C, dan DWL 2100AP memiliki Operating Temperature hanya sampai dengan 40`C dan Storing Temperature sampai dengan 65`C. Bahasa Indonesianya mungkin berarti; ketika dihidupkan alat ini akan mengenerated suhu panas sebanyak 65`C - 40`C = 25`C. Karena suhu di tempat saya, pada siang hari 30`C maka dalam menit awal alat ini beroperasi dia sudah mencapai 55`C. Ndak heran cepat hang. :)) untungnya tidak rusak. Alat ini adalah Indoor Unit, mengunakannya sebagai Outdoor Unit dengan box yang di seal habis-habisan, tentunya juga bukan solusi yang baik.
  2. Link tidak stabil. Produk ini memang dirancang untuk menjadi produk yang memudahkan pengunanya, pintarlah istilahnya. Sehingga dari polarisasi antenna, pemilihan channel, dan penentuan rate transfer juga memiliki fallback, atau auto-sense. Masalahnya alat ini tidaklah terlalu pintar dalam melakukan itu, jadi bukan kestabilan yang diperoleh tetapi kebinggungan. proses ini tidaklah sebentar, tetapi bisa lama sekali. Sehingga lebih mudah me-restart alat ini, ketimbang menunggunya bernegosiasi.
  3. Karena semua ini alat-alat ini hampir semua kami batalkan pengunaannya, dan kami ganti dengan produk merek lain, yang relatif terbukti lebih stabil dari sharing opinion yang saya temui.

    Dalam waktu senggang saya berkesempatan untuk mengutak-atik produk tersebut dari CLI (Command Line Interface), dan cukup mengejutkan bagi saya menemukan banyak sekali “turnable” dari alat ini via telnet. Long Live Shell lah!

    • Untuk masalah panas, saya coba turunkan/samakan transmision power dari alat ini seperti alat-alat merek lain yang sekarang ini kami gunakan. DWL 2100AP datang dengan konfigurasi Power Transmittion -18db; yang artinya lumayan kenceng untuk sebuah Indoor Unit. Saya merubahnya dengan perintah set power quarter, namun perubahan tidak akan nampak dalam beberapa menit, get power akan menunjukan hasil yang diingikan setelah hampir setengah jam, jadi harap sabar.
      TransmitPower: quarter (-6 dB)
      Current Transmit Output Power 11.0 dBm
    • Untuk masalah kestabilan kecepatan, DWL 2100AP datang dengan konfigurasi rate transfer “best” artinya alat ini akan memilih sendiri kecepatan yang paling sesuai dengan medannya. Kita lihat spesifikasinya khususnya pada Receiver Sensitivity (yang memiliki annotation penting dibawah tabel spesifikasinya); kira-kira dalam Bahasa Indonesianya; makin tinggi kecepatan makin harus sedikit rintangannya. Freshnal Zone, LOS, harus pure bersih kali yah… Jadi untuk membuatnya stabil saya set rate 11, dijarikan mirip IEEE 802.11b kali yah :D tetapi bila masih belum stabil turunkan lagi rate nya. Tidak ada dokumentasi mengenai hal ini, tapi seingat saya Pak Ono Purbo pernah sebut-sebut hal ini.
    • Diversity Antena, walau tidak disebutkan, OS pada DWL 2100AP rupa-rupanya mengenal ini. Saya kurang paham, set antenna pada CLI nya ini merujuk ke Diversity antena atau ke polarisasi antena, tetapi ketika saya mengunakan set antenna 1, link saya lebih stabil pada Antenna rubber dipole bawaannya, ketimbang ketika set antenna best yang datang secara default. Pada antenna Yagi, saya harus menset set antenna 2.
    • SSH, kita bisa mematikan telnet, dan mengantinya dengan SSH dengan perintah set telnet 0
    • Untuk melihat apa-apa saja yang menimpa perangkat kita, bisa gunakan get syslog
    • set systemname dlinkku untuk merubah sistem name pada prompt dan welcome messages pada telnet menjadi “dlinkku”
    • Yang belum diexplorasi ternyata masih banyak; karena ada konfigurasi untuk vlan, rstp(re-spanning tree protocol), dan kemungkinan untuk snmp

Jadi kalau anda juga punya Access Point seri DWL 2100AP –yang sudah anda anggap “payah”, silahkan diutak-atik. Oh ya, OS pada alat ini adalah Atheros Access Point Rev 4.0.0.167, siapa tahu ada alat-alat lain pula yang mengunakannya dan memiliki CLI.

DWL-2100AP, boleh juga lah.

hehe...

Sunday, July 27, 2008

Planning Instalation Wirelless

PLANNING INSTALASION WIRELLESS

Persiapkan peralatan yang diperlukan yaitu :

  1. Kompas dan peta
  2. GPS
  3. Kaca pantul dan teropong
  4. Radio komunikasi (HT)
  5. USB Wireless, pigtail dan Access Point
  6. Multimeter, SWR, cable tester, solder, timah, tang potong kabel
  7. Peralatan panjat, harness, carabiner, webbing, cows tail, pulley
  8. Kunci pas, kunci ring, kunci inggris, tang (potong, buaya, jepit), obeng set, tie rap, isolator gel, TBA, unibell
  9. Kabel power roll, kabel UTP straight dan cross, crimping tools, konektor RJ45
  10. Software AP Manager, Winbox, Netstrumbler.

Lakukan Survey Lokasi :

1. Tentukan koordinat letak kedudukan station, jarak udara terhadap BTS dengan GPS dan kompas pada peta

2. Perhatikan dan tandai titik potensial penghalang (obstructure) sepanjang path

3. Hitung SOM, path dan acessories loss, EIRP, freznel zone, ketinggian antena

4. Perhatikan posisi terhadap station lain, kemungkinan potensi hidden station, over shoot dan test noise serta interferensi

5. Tentukan posisi ideal tower, elevasi, panjang kabel dan alternatif seandainya ada kesulitan dalam instalasi

6. Rencanakan sejumlah alternatif metode instalasi, pemindahan posisi dan alat.


Apabila kabel konektor di rakit sendiri :

1. Kuliti kabel coaxial dengan penampang melintang, spesifikasi kabel minimum adalah RG 8 9913 dengan perhitungan losses 10 db setiap 30 m

2. Jangan sampai terjadi goresan berlebihan karena perambatan gelombang mikro adalah pada permukaan kabel

3. Pasang konektor dengan cermat dan memperhatikan penuh masalah kerapian

4. Solder pin ujung konektor dengan cermat dan rapi, pastikan tidak terjadi short

5. Perhatikan urutan pemasangan pin dan kuncian sehingga dudukan kabel dan konektor tidak mudah bergeser

6. Tutup permukaan konektor dengan aluminium foil untuk mencegah kebocoran dan interferensi, posisi harus menempel pada permukaan konektor

7. Lapisi konektor dengan aluminium foil dan lapisi seluruh permukaan sambungan konektor dengan isolator TBA (biasa untuk pemasangan pipa saluran air atau kabel listrik instalasi rumah)

8. Terakhir, tutup seluruh permukaan dengan isolator karet untuk mencegah air

9. Untuk perawatan, ganti semua lapisan pelindung setiap 6 bulan sekali

10. Konektor terbaik adalah model hexa tanpa solderan dan drat sehingga sedikit melukai permukaan kabel, yang dipasang dengan menggunakan crimping tools, disertai karet bakar sebagai pelindung pengganti isolator karet

Cara pembuatan POE : (bila POE tidak sanggup beli.. hehe..)

1. Power over ethernet diperlukan untuk melakukan injeksi catu daya ke perangkat Wireless In A Box yang dipasang di atas tower, POE bermanfaat mengurangi kerugian power (losses) akibat penggunaan kabel dan konektor

2. POE menggunakan 2 pair kabel UTP yang tidak terpakai, 1 pair untuk injeksi + (positif) power dan 1 pair untuk injeksi – (negatif) power, digunakan kabel pair (sepasang) untuk menghindari penurunan daya karena kabel loss

3. Perhatikan bahwa permasalahan paling krusial dalam pembuatan POE adalah bagaimana cara mencegah terjadinya short, karena kabel dan konektor power penampangnya kecil dan mudah bergeser atau tertarik, tetesi dengan lilin atau isolator gel agar setiap titik sambungan terlindung dari short

4. Sebelum digunakan uji terlebih dahulu semua sambungan dengan multimeter.


Instalasi Antenna :

1. Pasang pipa dengan metode stack minimum sampai ketinggian 1st freznel zone terlewati terhadap obstructure terdekat

2. Perhatikan stabilitas dudukan pipa dan kawat strenght, pasang dudukan kaki untuk memanjat dan anker cows tail

3. Cek semua sambungan kabel dan konektor termasuk penangkal petir bila ada

4. Pasang antena dengan rapi dan benar, arahkan dengan menggunakan kompas dan GPS sesuai tempat kedudukan BTS di peta

5. Pasang kabel dan rapikan sementara, jangan sampai berat kabel menjadi beban sambungan konektor dan mengganggu gerak pointing serta kedudukan antena

6. Perhatikan dalam memasang kabel di tower / pipa, jangan ada posisi menekuk yang potensial menjadi akumulasi air hujan, bentuk sedemikian rupa sehingga air hujan bebas jatuh ke bawah


Instalasi Perangkat Wirelless :

1. Instal PC Card dan Orinoco dengan benar sampai dikenali oleh OS tanpa konflik dan pastikan semua driver serta utility dapat bekerja sempurna

2. Instalasi pada OS W2K memerlukan driver terbaru dari web site dan ada di CD utility kopian, tidak diperlukan driver PCMCIA meskipun PNP W2K melakukannya justru deteksi ini menimbulkan konflik, hapus dirver ini dari Device Manager

3. Instalasi pada NT memerlukan kecermatan alokasi alamat IO, IRQ dan DMA, pada BIOS lebih baik matikan semua device (COM, LPT dll.) dan peripheral (sound card, mpeg dll.) yang tidak diperlukan

4. Semua prosedur ini bisa diselesaikan dalam waktu kurang dari 30 menit tidak termasuk instalasi OS, lebih dari waktu ini segera jalankan prosedur selanjutnya

5. Apabila terus menerus terjadi kesulitan instalasi, untuk sementara demi efisiensi lakukan instalasi dibawah OS Win98 / ME yang lebih mudah dan sedikit masalah

6. Pada instalasi perangkat radio jenis Wireless In A Box (Mtech, Planet, Micronet dlll.), terlebih dahulu lakukan update firmware dan utility

7. Kemudian uji coba semua fungsi yang ada (AP, Inter Building, SAI Client, SAA2, SAA Ad Hoc dll.) termasuk bridging dan IP Addressing dengan menggunakan antena helical, pastikan semua fungsi berjalan baik dan stabil

8. Pastikan bahwa perangkat Power Over Ethernet (POE) berjalan sempurna.


Pengujian Noise :

1. Bila semua telah berjalan normal, install semua utility yang diperlukan dan mulai lakukan pengujian noise / interferensi, pergunakan setting default

2. Tanpa antena perhatikan apakah ada signal strenght yang tertangkap dari station lain disekitarnya, bila ada dan mencapai good (sekitar 40 % – 60 %) atau bahkan lebih, maka dipastikan station tersebut beroperasi melebihi EIRP dan potensial menimbulkan gangguan bagi station yang sedang kita bangun, pertimbangkan untuk berunding dengan operator BTS / station eksisting tersebut

3. Perhatikan berapa tingkat noise, bila mencapai lebih dari tingkat sensitifitas radio (biasanya adalah sekitar – 83 dbm, baca spesifikasi radio), misalnya – 100 dbm maka di titik station tersebut interferensinya cukup tinggi, tinggal apakah signal strenght yang diterima bisa melebihi noise

4. Perhitungan standar signal strenght adalah 0 % – 40 % poor, 40 % - 60 % good, 60 % - 100 % excellent, apabila signal strenght yang diterima adalah 60 % akan tetapi noisenya mencapai 20 % maka kondisinya adalah poor connection (60 % - 20 % - 40 % poor), maka sedapat mungkin signal strenght harus mencapai 80 %

5. Koneksi poor biasanya akan menghasilkan PER (packet error rate – bisa dilihat dari persentasi jumlah RTO dalam continous ping) diatas 3 % – 7 % (dilihat dari utility Planet maupun Wave Rider), good berkisar antara 1 % - 3 % dan excellent dibawah 1 %, PER antara BTS dan station client harus seimbang

6. Perhitungan yang sama bisa dipergunakan untuk memperhatikan station lawan atau BTS kita, pada prinsipnya signal strenght, tingkat noise, PER harus imbang untuk mendapatkan stabilitas koneksi yang diharapkan

7. Pertimbangkan alternatif skenario lain bila sejumlah permasalahan di atas tidak bisa diatasi, misalkan dengan memindahkan station ke tempat lain, memutar arah pointing ke BTS terdekat lainnya atau dengan metode 3 titik (repeater) dll.


Perakitan Antenna :

1. Antena microwave jenis grid parabolic dan loop serta yagi perlu dirakit karena terdiri dari sejumlah komponen, berbeda dengan jenis patch panel, panel sector maupun omni directional

2. Rakit antena sesuai petunjuk (manual) dan gambar konstruksi yang disertakan

3. Kencangkan semua mur dan baut termasuk konektor dan terutama reflektor

4. Perhatikan bahwa antena microwave sangat peka terhadap perubahan fokus, maka pada saat perakitan antena perhatikan sebaik-baiknya fokus reflektor terhadap horn (driven antena), sedikit perubahan fokus akan berakibat luas seperti misalnya perubahan gain (db) antena

5. Beberapa tipe antena grid parabolic memiliki batang extender yang bisa merubah letak fokus reflektor terhadap horn sehingga bisa diset gain yang diperlukan.


Pointing Antenna :

1. Secara umum antena dipasang dengan polarisasi horizontal

2. Arahkan antena sesuai arah yang ditunjukkan kompas dan GPS, arah ini kita anggap titik tengah arah (center beam)

3. Geser antena dengan arah yang tetap ke kanan maupun ke kiri center beam, satu per satu pada setiap tahap dengan perhitungan tidak melebihi ½ spesifikasi beam width antena untuk setiap sisi (kiri atau kanan), misalkan antena 24 db, biasanya memiliki beam width 12 derajat maka, maksimum pergeseran ke arah kiri maupun kanan center beam adalah 6 derajat

4. Beri tanda pada setiap perubahan arah dan tentukan skornya, penentuan arah terbaik dilakukan dengan cara mencari nilai average yang terbaik, parameter utama yang harus diperhatikan adalah signal strenght, noise dan stabilitas

5. Karena kebanyakan perangkat radio Wireless In A Box tidak memiliki utility grafis untuk merepresentasikan signal strenght, noise dsb (kecuali statistik dan PER) maka agar lebih praktis, untuk pointing gunakan perangkat radio standar 802.11b yang memiliki utility grafis seperti Orinoco atau gunakan Wave Rider

6. Selanjutnya bila diperlukan lakukan penyesuaian elevasi antena dengan klino meter sesuai sudut antena pada station lawan, hitung berdasarkan perhitungan kelengkungan bumi dan bandingkan dengan kontur pada peta topografi

7. Ketika arah dan elevasi terbaik yang diperkirakan telah tercapai maka apabila diperlukan dapat dilakukan pembalikan polarisasi antena dari horizontal ke vertical untuk mempersempit beam width dan meningkatkan fokus transmisi, syaratnya kedua titik mempergunakan antena yang sama (grid parabolic) dan di kedua titik polarisasi antena harus sama (artinya di sisi lawan polarisasi antena juga harus dibalik menjadi vertical)


Pengujian Koneksi Radio :

1. Lakukan pengujian signal, mirip dengan pengujian noise, hanya saja pada saat ini antena dan kabel (termasuk POE) sudah dihubungkan ke perangkat radio

2. Sesuaikan channel dan nama SSID (Network Name) dengan identitas BTS / AP tujuan, demikian juga enkripsinya, apabila dipergunakan otentikasi MAC Address maka di AP harus didefinisikan terlebih dahulu MAC Address station tersebut

3. Bila menggunakan otentikasi Radius, pastikan setting telah sesuai dan cobalah terlebih dahulu mekanismenya sebelum dipasang

4. Perhatikan bahwa kebanyakan perangkat radio adalah berfungsi sebagai bridge dan bekerja berdasarkan pengenalan MAC Address, sehingga IP Address yang didefinisikan berfungsi sebagai interface utility berdasarkan protokol SNMP saja, sehingga tidak perlu dimasukkan ke dalam tabel routing

5. Tabel routing didefinisikan pada (PC) router dimana perangkat radio terpasang, untuk Wireless In A Box yang perangkatnya terpisah dari (PC) router, maka pada device yang menghadap ke perangkat radio masukkan pula 1 IP Address yang satu subnet dengan IP Address yang telah didefinisikan pada perangkat radio, agar utility yang dipasang di router dapat mengenali radio

6. Lakukan continuos ping untuk menguji stabilitas koneksi dan mengetahui PER

7. Bila telah stabil dan signal strenght minimum good (setelah diperhitungkan noise) maka lakukan uji troughput dengan melakukan koneksi FTP (dengan software FTP client) ke FTP server terdekat (idealnya di titik server BTS tujuan), pada kondisi ideal average troughput akan seimbang baik saat download maupun up load, maksimum troughput pada koneksi radio 1 mbps adalah sekitar 600 kbps dan per TCP connection dengan MTU maksimum 1500 bisa dicapai 40 kbps

8. Selanjutnya gunakan software mass download manager yang mendukung TCP connection secara simultan (concurrent), lakukan koneksi ke FTP server terdekat dengan harapan maksimum troughput 5 kbps per TCP connection, maka dapat diaktifkan sekitar 120 session simultan (concurrent), asumsinya 5 x 120 = 600

9. Atau dengan cara yang lebih sederhana, digunakan skala yang lebih kecil, 12 concurrent connection dengan trouhput per session 5 kbps, apa total troughput bisa mencapai 60 kbps (average) ? bila tercapai maka stabilitas koneksi sudah dapat dijamin berada pada level maksimum

10. Pada setiap tingkat pembebanan yang dilakukan bertahap, perhatikan apakah RRT ping meningkat, angka mendekati sekitar 100 ms masih dianggap wajar

Lagi coba membayangkan apabila urutan list di atas benar-benar di lakukan semua.. hehe..

:)

Load Balancing

Load-balancing

Contoh kasus dimisalkan provider memiliki 2 link ke Internet. Satu menggunakan akses DSL (256 Kbps) dan lainnya menggunakan Wireless (512 Kbps).

Dengan rasio pemakaian DSL:Wireless = 1:2 .

Yang akan dilakukan :

  1. Menggunakan semua jalur gateway yang tersedia dengan teknik load-balancing.
  2. Menjadikan salah satunya sebagai back-up dengan teknik fail-over.

Kira-kira begini mulai eksperimennya (halah) :

  1. IP address untuk akses ke LAN :
    > /ip address add address=192.168.0.1/28 interface=LAN
    IP address untuk akses ke jalur DSL :
    > /ip address add address=10.32.57.253/29 interface=DSL
    IP address untuk akses ke jalur Wireless :
    > /ip address add address=10.9.8.2/29 interface=WIRELESS
    Tentukan gateway dengan rasionya masing-masing :
    > /ip route add gateway=10.32.57.254,10.9.8.1,10.9.8.1
  2. Pada kasus untuk teknik fail-over. Diasumsikan jalur utama melalui Wireless dengan jalur DSL sebagai back-up apabila jalur utama tidak dapat dilalui. Untuk mengecek apakah jalur utama dapat dilalui atau tidak, digunakan command ping.
    > /ip firewall mangle add chain=prerouting src-address=192.168.0.0/28 action=mark-routing new-routing-mark=SUBNET1-RM
    > /ip route add gateway=10.9.8.1 routing-mark=SUBNET1-RM check-gateway=ping
    > /ip route add gateway=10.32.57.254
  3. gimana..gimana.. (hehe)

PCQ

Dengan menggunakan queue type pcq di Mikrotik, kita bisa membagi bandwidth yang ada secara merata untuk para pelahap-bandwidth™ saat jaringan pada posisi peak.

Contohnya, kita berlangganan 256 Kbps. Kalau ada yang sedang berinternet ria, maka beliau dapat semua itu jatah bandwidth. Tetapi begitu teman-temannya datang, katakanlah 9 orang lagi, maka masing-masingnya dapat sekitar 256/10 Kbps. Yah.. masih cukup layaklah untuk buka-buka situs non-porn atau sekedar cek e-mail & blog.

Kira-kira begini caranya (halah) :

  1. Asumsi : Network Address 192.168.169.0/28, interface yang mengarah ke pengguna diberi nama LAN, dan interface yang mengarah ke upstream provider diberi nama INTERNET;
  2. Ketikkan di console atau terminal :
    > /ip firewall mangle add chain=forward src-address=192.168.169.0/28 action=mark-connection new-connection-mark=NET1-CM
    > /ip firewall mangle add connection-mark=NET1-CM action=mark-packet new-packet-mark=NET1-PM chain=forward
    > /queue type add name=downsteam-pcq kind=pcq pcq-classifier=dst-address
    > /queue type add name=upstream-pcq kind=pcq pcq-classifier=src-address
    > /queue tree add parent=LAN queue=DOWNSTREAM packet-mark=NET1-PM
    > /queue tree add parent=INTERNET queue=UPSTREAM packet-mark=NET1-PM
  3. gimana...gimana..(hehe..lagi..)

Memanipulasi ToS ICMP & DNS di MikroTik

Tujuan :

  • Memperkecil delay ping dari sisi klien ke arah Internet.
  • Mempercepat resolving hostname ke ip address.

Asumsi : Klien-klien berada pada subnet 10.10.10.0/28

  1. Memanipulasi Type of Service untuk ICMP Packet :
    > ip firewall mangle add chain=prerouting src-address=10.10.10.0/28 protocol=icmp action=mark-connection new-connection-mark=ICMP-CM passthrough=yes
    > ip firewall mangle add chain=prerouting connection-mark=ICMP-CM action=mark-packet new-packet-mark=ICMP-PM passthrough=yes
    > ip firewall mangle add chain=prerouting packet-mark=ICMP-PM action=change-tos new-tos=min-delay
  2. Memanipulasi Type of Service untuk DNS Resolving :
    > ip firewall mangle add chain=prerouting src-address=10.10.10.0/28 protocol=tcp dst-port=53 action=mark-connection new-connection-mark=DNS-CM passthrough=yes
    > ip firewall mangle add chain=prerouting src-address=10.10.10.0/28 protocol=udp dst-port=53 action=mark-connection new-connection-mark=DNS-CM passthrough=yes
    > ip firewall mangle add chain=prerouting connection-mark=DNS-CM action=mark-packet new-packet-mark=DNS-PM passthrough=yes
    > ip firewall mangle add chain=prerouting packet-mark=DNS-PM action=change-tos new-tos=min-delay
  3. Menambahkan Queue Type :
    > queue type add name=”PFIFO-64″ kind=pfifo pfifo-limit=64
  4. Mengalokasikan Bandwidth untuk ICMP Packet :
    > queue tree add name=ICMP parent=INTERNET packet-mark=ICMP-PM priority=1 limit-at=8000 max-limit=16000 queue=PFIFO-64
  5. Mengalokasikan Bandwidth untuk DNS Resolving :
    > queue tree add name=DNS parent=INTERNET packet-mark=DNS-PM priority=1 limit-at=8000 max-limit=16000 queue=PFIFO-64
  6. gimana...gimana..(hehe..lagi deh.)

Queue Tree with more than two interfaces (sok bahasa inggris) :)

Basic Setup

This page will tak about how to make QUEUE TREE in RouterOS that with Masquerading for more than two interfaces. It’s for sharing internet connection among users on each interfacess. In manual this possibility isn’t writted.

First, let’s set the basic setting first. I’m using a machine with 3 or more network interfaces:

[admin@instaler] > in pr

# NAME TYPE RX-RATE TX-RATE MTU

0 R public ether 0 0 1500

1 R wifi1 wlan 0 0 1500

2 R wifi2 wlan 0 0 1500

3 R wifi3 wlan 0 0 1500

And this is the IP Addresses for each interface:

[admin@instaler] > ip ad pr

Flags: X - disabled, I - invalid, D - dynamic

# ADDRESS NETWORK BROADCAST INTERFACE

0 10.20.1.0/24 10.20.1.0 10.20.1.255 public

1 10.10.2.0/24 10.10.2.0 10.10.2.255 wifi1

2 10.10.3.0/24 10.10.3.0 10.10.3.255 wifi2

3 10.10.4.0/24 10.10.4.0 10.10.4.255 wifi3

On the public you can add NAT or proxy if you want.

Mangle Setup

And now is the most important part in this case.

We need to mark our users. One connectoin for upload and second for download. In this example I add mangle for one user. At the end I add mangle for local transmission because I don’t QoS local trafic emong users. But for user I need to separate upload and download.

[admin@instaler] ip firewall mangle> print

Flags: X - disabled, I - invalid, D - dynamic

disabled=no

0 chain=forward dst-address=10.10.2.36 action=mark-connection

new-connection-mark=users-userU passthrough=yes comment=”" disabled=no

1 chain=forward dst-address=10.10.2.36 action=mark-connection

new-connection-mark=users-userD passthrough=yes comment=”" disabled=no

2 chain=forward connection-mark=users-userU action=mark-packet

new-packet-mark=userU passthrough=yes comment=”" disabled=no

3 chain=forward connection-mark=users-userD action=mark-packet

new-packet-mark=userD passthrough=yes comment=”" disabled=no

98 chain=forward src-address=10.10.0.0/16 dst-address=10.10.0.0/16

action=mark-connection new-connection-mark=users-lokal passthrough=yes

99 chain=forward connection-mark=users-lokal action=mark-packet

new-packet-mark=lokalTrafic passthrough=yes

Queue Tree Setup

And now, the queue tree setting. We need one rule for downlink and one rule for uplink. Be careful when choosing the parent. for downlink traffic, we use parent “global-out”, because we have two or more downloading interfaces. And for uplink, we are using parent “public”, we want QoS uplink traffic. (I’m using pcq-up and download from manual) This example is for 2Mb/1Mb

[admin@instaler] > queue tree pr

Flags: X - disabled, I - invalid

0 name=”Download” parent=global-out packet-mark=”" limit-at=0

queue=pcq-download priority=1 max-limit=2000000 burst-limit=0

burst-threshold=0 burst-time=0s

1 name=”Upload” parent=WGW packet-mark=”" limit-at=0 queue=pcq-upload

priority=1 max-limit=1000000 burst-limit=0 burst-threshold=0

burst-time=0s

Now we add our user:

2 name=”user10D” parent=Download packet-mark=userD limit-at=0

queue=pcq-download priority=5 max-limit=0 burst-limit=0

burst-threshold=0 burst-time=0s

3 name=”user10U” parent=Upload packet-mark=userU limit-at=0

queue=pcq-upload priority=5 max-limit=0 burst-limit=0 burst-threshold=0

burst-time=0s

selamat mencoba..
:)

tips n trik timer pada mikrotik

Tips n Trik Timer di Mikrotik.

Misalnya IP Address klien yang telah kita set dan kita berikan src-nat IP publik (diasumsikan tidak melewati proxy) di Mikrotik adalah : 172.168.1.0/30

1. Login ke Mikrotik OS Anda, lalu ketik :

system script

2. Ketik script untuk mematikan koneksi pelanggan ke arah publik:

add name=”pelanggan-off” \
policy=ftp,read,write,policy,winbox,password \
source={/ip firewall nat set [/ip firewall nat find \
src-address=172.168.1.0/30] disabled=yes}

3. Sedangkan script untuk menghidupkan koneksi pelanggan ke arah publik:

add name=”pelanggan-on” \
policy=ftp,read,write,policy,winbox,password \
source={/ip firewall nat set [/ip firewall nat find \
src-address=172.168.1.0/30] disabled=no}

4. Lalu, langkah terakhir adalah menentukan jam kapan pelanggan harus terkoneksi ke publik (internet) atau mematikan IP publik pelanggan yang telah kita masukan kedalam script tadi. Misalnya kita tentukan jam hidup koneksi pada pukul 09.00-14.30, sedangkan waktu matinya koneksi pada pukul 14.31 - 08.59. Cukup kita panggil nama scriptnya didalam schedule :

.. scheduler

add name=hidup09-1430 start-time=09:00:00 \
interval=1d on-event=pelanggan-on

add name=mati1431-0859 start-time=14:31:00 \
interval=1d on-event=pelanggan-off

———————————————oo————————————

Metode lainnya, secara teori (halah) dapat dilakukan dengan gagasan seperti:

  • Set di Interface Local atau Interface yang digunakan sebagai gateway oleh Client kita, dengan Status ARP nya Reply Only. Selanjutnya IP ARP List kita statiskan. Nah, dengan modus seperti itu hanya client yang terdaftar MAC Address dan IP Addressnyalah yang dapat lewat koneksi Internetnya. Jadi dapat juga dengan membuat script untuk mendisable dan mengenable pada IP ARP List, selanjutnya dibikin skedulnya pada Scheduler.
  • Set pada Queue, apakah itu Queue Simple atau Queue Tree, dengan mengecilkan besar Trafik Packet yang lewat, misalkan diberi saja sebesar 8kb. Sedangkan untuk jam normalnya diset ke besar packet awal. Jadi koneksinya seperti “tercekek”
  • Set di IP Firewall Filter Rules berikan chain Input utk IP address pelanggan tersebut, kalau perlu set port apa saja yang diberikan, selanjutnya berikan Action Drop, kalau ingin lewat lagi trafiknya tentu saja di ACCEPT pada bagian Action. Perhatikan, Mikrotik sepertinya membaca rule secara berurutan dari atas ke bawah, seperti Interpreter lah kalau dalam programming languange. Jadi Rule yang di Drop diatur posisinya dibagian atas dari rule selain Actionnya Drop.

Metode mana yang efektif, sepertinya perlu dicoba juga, hehehe.

Silahkan di coba, tapi jangan di salah gunakan.

:)


Modem ADSL Linksys AM300

Modem ADSL Linksys AM300

Setelah beberapa modem ADSL saya otak-atik, akhirnya ketemu juga Modem ADSL yang User Friendly, sebetulnya beberapa modem tersebut sudah mendukung fitur port forwarding, cuman dasar sayanya yang Lame :-P.

Modem ADSL yang berhasil saya terapkan tersebut adalah Modem ADSL Linksys AM300. Ini bukan promosi produk, hanya semata-mata review produk saja, terhadap terapan salah satu fiturnya.

Sekedar mengulang kaji lama, konsep serta cakupan dari port forwarding ini dapat di baca pada :

  1. http://en.wikipedia.org/
  2. http://kbserver.netgear.com/
  3. http://azzam.wordpress.com/
  4. http://www.bitvise.com/
  5. http://www.simonzone.com/

Dalam kata praktisnya adalah :

Port forwarding adalah fitur untuk memforward port dari ip tertentu salah 1 cara untuk menghemat ip misal jika kita ingin vnc ke server lokal 192.168.1.1 dengan ip public 202.151.x.x maka kita forwarding port 5900 nya untuk services vnc sehingga tidak diperlukan ip public lagi untuk mengakses vnc server ke 192.168.1.1 demikian pula dengan mail smtpnya dan pop3nya bisa kita forward port 25 dan 110nya cukup dengan 1 ip public sudah bisa melakukan port forwarding kelemahannya adalah : port forwarding hanya bisa digunakan oleh 1 saja jika sudah memforward port tertentu maka kita tidak bisa menggunakan port tsb untuk lainnya

Singkatnya port forwarding itu memiliki konsep untuk meneruskan paket yang datang ke ip tertentu dan port tertentu ke ip tertentu dan port tertentu. Misalnya saya punya ip publik a.b.c.d dan saya ingin meneruskan semua paket yang menuju port 25 pada ip tersebut ke LAN saya dengan ip ip v.w.x.y port 25 juga. Tujuannya biasanya untuk menghemat penggunaan IP publik.

sering disebut juga :
PAT atau NAPT :
PAT (Port Address Translation)
NAPT(Network Address and Port Translation)

CMIIW.

Terapan yang saya lakukan pada salah satu warnet, yang menggunakan koneksi Broadband via ADSL. Warnet tersebut mempunyai satu buah Router Mikrotik, satu buah Linux Proxy Server. Setingan di Modem ADSLnya dalam modus PPPoE, jadi bukan Bridge, sehingga IP Publik berada di Modemnya, bukan di Router, maupun proxy.

IP Proxy dan Router dikonfigurasi menjadi IP Local/Privat. Sehingga andaikata, kita ingin meremote Mesin-mesin tersebut dari jaringan publik tentu tidak bisa dilakukan, karena mereka tidak memiliki IP Publik. Untuk itulah konsep port forwarding diperlukan.

Dalam hal ini, saya ingin mesin-mesin tersebut dapat di Monitor melalui Internet, dimana dan kapan saya suka.

Modem ADSL percobaan yang berhasil dilakukan adalah Modem ADSL Linksys AM300, berdasarkan informasi dari Website PortForward.

rak.jpg

Silahkan dipelajari petunjuk dari website tersebut, tentu saja perlu disesuaikan IP Address Local Modemnya. Pada website tersebut juga terdapat Jenis Modem yang lain, serta terapan yang lain. Silahkan di jelajahi.

Setelah Mesin Routernya dapat di Remote dari Luar/Internet. Bisa juga diteruskan ke Mesin lainnya, dalam hal ini Mesin Linux Web Proxy. Untuk Mikrotik saya hanya meremote berdasarkan port Winbox (8291), dan port SSH (22). Untuk port SSH (22), saya teruskan ke Portnya Linux Web Proxy, yang juga memiliki IP Local.

Ditambahkan policy pada Ip Firewall Nat untuk meneruskan Port 22 dari Mesin mikrotik ke Mesin Linux Proxy, chain Dst-Nat.

/ip firewall nat add chain=dstnat dst-address=192.168.1.2 action=dst-nat dst-port=22 \
to-addresses=192.168.2.2 to-ports=22

Konfigurasi serta Topologi warnetnya secara umum dapat dilihat pada Topologi.

xmtremote.jpg

Sebelumnya bagi yang membatasi Akses terhadap Jaringan tertentu, silahkan disesuaikan atau di Allow untuk subnet yang akan diberi akses, pada Bagian Firewall, atau pada bagian Hosts.Allow nya.

xmtfirewall.jpg

Kesimpulannya, saya bisa meremote/monitoring melalui jaringan Publik ke mesin Mikrotik pada port winbox (8291) dan mesin linux webproxy pada port SSH (22). Dengan konfigurasi Port forward pada Modemnya, serta Konfigurasi Port forward pada Router Mikrotik.

Selamat mencoba..

konfigurasi gprs

Saturday, July 26, 2008

Simple Dual Nstream

Nstreme dual Step-by-Step

Here is a step-by-step explanation how to enable nstreme dual on a fresh installed MikroTik devices:

I. MikroTik Device 1

1.1. Enabling wireless cards 1 and 2:

[admin@MikroTik] > interface enable wlan1
[admin@MikroTik] > interface enable wlan2

1.2. Assigning IP address to the ethernet interface:

[admin@MikroTik] > ip address add address=192.168.1.1/24 interface=ether1

1.3. Creating bridge interface:

 
[admin@MikroTik] > interface bridge add

1.4. Adding ethernet interface to the bridge interface:

 
[admin@MikroTik] > interface bridge port add interface=ether1 bridge=bridge1

1.5. Setting wireless cards 1 and 2 to nstreme mode:

 
[admin@MikroTik] > interface wireless set wlan1 mode=nstreme­-dual­-slave
[admin@MikroTik] > interface wireless set wlan2 mode=nstreme­-dual­-slave

1.6. Creating nstreme dual interface and setting Tx and Rx radios and frequencies:

[admin@MikroTik] > interface wireless nstreme­-dual add rx­-radio=wlan1 tx­-radio=wlan2
rx-­band=5ghz tx-­band=5ghz rx-­frequency=5180 tx­-frequency=5300

1.7. Adding nstreme interface to the bridge:

[admin@MikroTik] > interface bridge port add interface=nstreme1 bridge=bridge1

1.8. Checking the MAC address of the nstreme interface (in this example: 11:11:11:11:11:11):

[admin@MikroTik] > interface wireless nstreme­dual print
Flags: X ­ disabled, R ­ running
0 X name="nstreme1" mtu=1500 mac­address=11:11:11:11:11:11 arp=enabled
disable­running­check=no tx­-radio=wlan2 rx­-radio=wlan1 remote­mac=00:00:00:00:00:00
tx-­band=5ghz tx­-frequency=5300 rx­-band=5ghz rx­-frequency=5180
rates­b=1Mbps,2Mbps,5.5Mbps,11Mbps
rates­a/g=6Mbps,9Mbps,12Mbps,18Mbps,24Mbps,36Mbps,48Mbps,54Mbps
framer­policy=none framer­limit=2560


II. MikroTik Device 2

2.1. Enabling wireless cards 1 and 2:


[admin@MikroTik] > interface enable wlan1
[admin@MikroTik] > interface enable wlan2

2.2. Assigning IP address to the ethernet interface:

 
[admin@MikroTik] > ip address add address=192.168.1.2/24 interface=ether1

2.3. Creating bridge interface:

[admin@MikroTik] > interface bridge add

2.4. Adding ethernet interface to the bridge interface:

[admin@MikroTik] > interface bridge port add interface=ether1 bridge=bridge1

2.5. Setting wireless cards 1 and 2 to nstreme mode:

[admin@MikroTik] > interface wireless set wlan1 mode=nstreme­-dual-­slave
[admin@MikroTik] > interface wireless set wlan2 mode=nstreme­-dual­-slave

2.6. Creating Nstreme dual interface and setting Tx and Rx radios and frequencies and setting the MAC address of the remote nstreme interface (in this example: 11:11:11:11:11:11 [step 1.8]):

[admin@MikroTik] > interface wireless nstreme­-dual add rx­-radio=wlan1 tx­-radio=wlan2
rx­-band=5ghz tx-­band=5ghz rx-­frequency=5300 tx­-frequency=5180
remote­mac=11:11:11:11:11:11 disabled=no

2.7. Adding nstreme interface to the bridge:

[admin@MikroTik] > interface bridge port add interface=nstreme1 bridge=bridge1

2.8. Checking the MAC address of the nstreme interface (in this example: 22:22:22:22:22:22):

[admin@MikroTik] > interface wireless nstreme­dual print
Flags: X ­ disabled, R ­ running
0 R name="nstreme1" mtu=1500 mac­address=22:22:22:22:22:22 arp=enabled
disable­running­check=no tx­-radio=wlan2 rx­-radio=wlan1 remote­mac=11:11:11:11:11:11
tx­-band=5ghz tx-­frequency=5180 rx-­band=5ghz rx-­frequency=5300
rates­b=1Mbps,2Mbps,5.5Mbps,11Mbps
rates­a/g=6Mbps,9Mbps,12Mbps,18Mbps,24Mbps,36Mbps,48Mbps,54Mbps
framer­policy=none framer­limit=2560

III. MikroTik Device 1

1.9. Setting the MAC address of the remote nstreme interface (in this example: 22:22:22:22:22:22 [step 2.8]):

[admin@MikroTik] > interface wireless nstreme­-dual set nstreme1
remote­mac=22:22:22:22:22:22 disabled=no

Friday, July 25, 2008

Wajan Bolic

MEMBUAT ANTENA WAJANBOLIC

APA ITU [ dB, dBW, dBm, dBi ] :

dB (decibel) : Adalah satuan factor penguatan jika nilainya positif, dan pelemahan/redaman/loss jika

nilainya negative.

Jika input = 1 watt, output = 100 watt maka terjadi penguatan 100 kali

Jika input = 100 watt, output = 50 watt maka terjadi redaman/loss daya

Jika dinyatakan dalam dB :

G = 10 log 100/1 = 20 dB

In Out

G = 10 log 50/100 = -3 dB == maka disebut redaman / loss 3 dB

dBW dan dBm adalah satuan level daya

dBW satuan level daya dengan referensi daya 1 watt

P(dBW) = 10 Log P(watt)/1 watt

dBm satuan level daya dengan referensi daya 1 mW = 10-3 watt

P (dBm) = 10 Log P(watt)/10-3 watt

Contoh :

1. 10 watt = ……. dbW

2. 100 watt = …… dBW

3. 1000 watt = ……. dBW

Jwb :

1. P (dBW) = 10 Log 10 watt/1 watt = 10 Log 10 = 10 dBW

2. P (dBW) = 10 Log 100 watt/1 watt = 10 Log 100 = 20 dBW

3. P (dBW) = 10 Log 1000 watt /1 watt = 10 Log 1000 = 30 dBW

Contoh :

1. 10 Watt = ……. dBm

2. 100 Watt = ……. dBm

3. 1000 Watt = ……. dBm

Jwb :

1. P(dBm) = 10 Log 10/10-3 = 10 Log 104 = 10*4 = 40 dBm

2. P(dBm) = 10 Log 100/10-3 = 10 Log 105 = 10*5 = 50 dBm

3. P(dBm) = 10 Log 1000/10-3 = 10 Log 106 = 10*6 = 60 dBm

Kesimpulan :

10 Watt = 10 dBW = 40 dBm

100 Watt = 20 dBW = 50 dBm

1000 Watt = 30 dBW = 60 dBm

Terlihat bahwa dari dBw ke dBm terdapat selisih 30 dB sehingga dapat

dirumuskan :

P (dBm) = P (dBW) + 30 atau,

P (dBW) = P (dBm) – 30

Contoh :

15 dbW = . dBm == 15 + 30 = 45 dBm

60 dBm = . dBW = 60 30 = 39 dBW

dBi satuan gain antenna dengan referensi antena isotropis yang memiliki gain = 1

G (dBi) = 10 Log Ga/Gi = Gi = 1

= 10 log Ga

Contoh :

Antena Colinear memiliki Gain 7 kali dibanding antenna isotropis. Berapa dBi

Gain antenna Colinear tsb?

G = 10 log 7 = 8.45 dBi

Contoh :

Antena Yagi memiliki gain 18 dBi

18 dB = Antilog 18/10 = 63.095 kali ~ 63 kali

Artinya gain antenna Yagi adalah 63 kali lebih besar dibandingkan antenna Isotropis

Beberapa Contoh penggunaan satuan dB :

Contoh 1 :

Sebuah Amplifier mempunyai gain = 20 dB, jika diberi input 10 dBm berapa

output amplifier tersebut?

Jawab :

Pout (dBm) = Pin(dBm) + G = 10 + 20 = 30 dBm

Contoh 2 :

Sebuah Amplifier dengan gain 30 dB, jika outputnya sebesar 45 dBm berapa

level inputnya?

Jawab :

Pout(dBm) = Pin (dBm) + G è Pin = Pout G = 45 30 = 15 dBm

Contoh 3 :

Output amplifier sebesar 30 dBm akan dilewatkan kabel dengan redaman / loss 2

dB. Berapa level sinyal setelah melewati kabel?

Jawab :

Pout = Pin L = 30 2 = 28 dBm

Contoh 4 :

Output RF amplifier sebesar 20 dBm akan diumpankan ke antenna parabolic

dengan Gain = 15 dB melalui kabel pigtail yang memiliki redaman / Loss 2 dB.

Berapa EIRP dari sinyal tsb.

Jawab :

EIRP = Po L + Ga = 20 2 + 15 = 33 dBm

PARABOLIC ANTENA

JARAK TITIK FOCUS PARABOLIC

F : Jarak titik focus dari center parabolic dish

D : Diameter

d : kedalaman (depth)

Contoh :

Parabolic dish dg D = 70 cm, d = 20 cm maka jarak titik focus dari center dish :

F = D^2/(16*d) = 70^2 / (16*20) = 15.3 cm

Pada titik focus tsb dipasang ujung feeder.

Untuk mendapatkan gain maksimum, atur posisi feeder maju/mundur sampai didapatkan sinyal maksimum.


LEBAR BEAM / SUDUT PANCARAN (BEAMWIDTH) PARABOLIC

BW = ((3*10^8/f)*57.29)/D *

Ket:

BW : Beamwidth (deg)

f : frekuensi

d : diameter parabolic (m)

: Effisiensi antenna (0.5) kalo bagus, krn wajan pake aja : 0.35 ~ 0.4

Contoh :

Antena parabolic dg diameter (d) : 70 cm

Frekuensi : 2.4 Ghz = 2.4*10^9 Hz

Effisiensi : 0.4

BW : ?

Jwb :

BW = ((3*10^8/2.4*10^9)*57.29)/0.7* 0.4) *57.29 = 16.17 degrees


GAIN ANTENA PARABOLIC

G = 10 Log Eff + 20 Log f + 20 Log D + 20.4

Ket :


G : Gain antenna parabolic (dB)

Eff : Efisiensi

f : frekuensi (GHz)

D : Diameter (m)

Contoh :

Diameter (d) : 70 cm (=0.7m)

Frekuensi (f) : 2.4 GHz

Effisiensi : 0.4

G = 10 Log 0.4 + 20 Log 2.4 + 20 Log 0.7 + 20.4 = 20.926 dB ~ 21 dB

Misalnya dalam praktek pembuatan hasilnya meleset 3 db : 21 3 = 18 dB (masih lumayan)


REDAMAN RUANG BEBAS (FREE SPACE LOSS)

Lfs = 92.5 + 20 Log d + 20 Log f

Ket :

Lfs : Redaman ruang bebas / Free Space Loss (dB)

d : Jarak (km)

f : Frekuensi (GHz)

Contoh :

Akan dibuat jaringan dari rumah ke kantor dg frekuensi 2.4 GHz dan jarak 10

km. Berapa redaman ruang bebas untuk jarak tsb?

Jwb :

Lfs = 92.5 + 20 Log 10 + 20 Log 2.4 = 120 dB


LINK BUDGET

Perhitungan link radio untuk menentukan apakah RF power yg dipancarkan station A memenuhi syarat minimum level yg diperlukan setelah diterima di station B, shg kedua station dapat berkomunikasi

Contoh :

Tx Power Station A : 20 dBm, Sensitivitas Receive station B : -83 dBm. Maka stati

on A dan B dapat

berkomunikasi jika TX Power yg dipancarkan station A setelah melewati freespace loss sesampai di station B levelnya -83 dBm atau lebih besar

Misal :

Jika Rx Signal Level (RSL) di stasion B = - 70 dBm (>-83 dBm) maka A dan B dapat berkomunikasi

Jika RSL di station B = - 90 dBm (<-83 dBm) maka A dan B tidak dapat berkomunikasi.

Jika diketahui parameter : Tx Power, Rx sensitivity, jarak kedua station, dan frekuensi, maka :

· Redaman Ruang Bebas (Freespace Loss) dapat dihitung (berdasar jarak dan frekuensi)

· Untuk membuat sinyal dari A sampai ke B tinggal menentukan Gain antenna Tx (Gt) dan Gain Antena Rx (Gr).

Contoh :

Jarak rumah ke ISP = 10 km. Akan dibuat radio link dg frek 2.4 GHz menggunakan sepasang WLAN dg Tx Power = 15 dBm, Rx Sensitivity = -83 dBm.

Antena parabolic yg digunakan di rumah Gt = 22 dB, antenna yg di ISP Gr = 19dB. Loss / redaman) saluran transmisi dari WLAN ke Antena diabaikan.

Pertanyaan : Apakah A dan B dapat berkomunikasi?

Jwb :

Lfs = 92.5 + 20 Log f + 20 Log d

= 92.5 + 20 Log 2.4 + 20 Log 10

= 120 dB

RSL = Tx + Gt Lfs + Gr

= 15 + 22 120 + 19

= - 64 dBm

· Lihat RSL (-64 dBm) > Rx Sensitivity (-83 dBm)

· RSL sebesar 19 dB lebih besar dari level minimum yg diperlukan shg A dan B dapat berkomunikasi

dgn rate maksimum.

· Dalam praktek RSL 15 dB di atas Rx Sensitivity sudah cukup

(disebut fading margin atau Sistem Operating Margin)


CIRCULAR WAVEGUIDE

Jika jari-jari lingkaran penampang Circular Waveguide diketahui maka panjang gelombang terbesar (frekuensi paling rendah) yang dapat dilewatkan dapat dihitung dengan rumus berikut :

Frekuensi terendah = 3x108 / λo = 3x108 / 3.4r

Contoh :

Kaleng susu dengan diameter 98 mm. Berapa frekuensi terendah yang dapat

dilewatkan melalui kaleng tersebut?

Jawab :

r = D/2 = 98/2 = 46.5 mm = 0.0465 m

Frekuensi terendah = 3x108 / 3.4 x 0.0465 = 1897533206.83 = 1897.5 MHz

Jika kaleng susu di atas akan dibuat feeder untuk frekuensi 2437 MHz (Cha

nnel 6 Wifi) maka mountingnya adalah sebagai berikut :


MENGENAL PERANGKAT WIRELESS LAN (BERDASAR INTERFACE)

WLAN YG MENGGUNAKAN MEDIA KABEL UTP

ACCESS POINT / BRIDGE / WDS

· Konektor untuk DC Power Supply

· Konektor RJ45 untuk kabel UTP

· Antena ada yg fix / detachable

· Tombol RESET (reset to factory default)

· LED power Indicator

· LED Link activity (LAN)

· LED WLAN


WIRELESS DSL GATEWAY

Kabel UTP biasanya menggunakan hubungan cross. Ada produk WLAN tertentu yg dapat terhubung dg kabel UTP cross atau straight yg disebutkan dlm spec-nya : Auto MDI/MDIX.

Kabel UTP hubungan CROSS

Kabel UTP hubungan STRAIGHT

MODE OPERASI :

MODE 1 : ACCESS POINT (POINT TO MULTIPOINT)

MODE 2 : CLIENT BRIDGE P2MP / AP CLIENT / WIRELESS ETHERNET BRIDGE

MODE 3 : CLIENT BRIDGE P2P / AD HOC

· Perlu 2 (dua) IP Address (untuk WLAN dan LAN adapter)

· Menggunakan Power Supply External

· Dapat menggunakan kabel UTP yang panjang untuk keperluan outdoor

WLAN USB (USB WIFI ADAPTER)

· Kebanyakan berfungsi sbg client adapter

· Perlu 1 (satu) IP Address

· Power supply diambil dari port USB pada PC (tak perlu Power Supply tambahan)

· Dapat menggunakan USB Active Extension Cable untuk keperluan outdoor dengan panjang terbatas 4~5 segmen kabel (20 ~ 25 meter)

· Kabel USB Active Extension harganya lebih mahal dari kabel UTP dan agak sudah dicari.

WLAN PCI CARD

· Kebanyakan berfungsi sbg Client

· Perlu 1(satu) IP Address

· Power WLAN dari slot PCI

· Jika antenanya akan ditaruh di luar gedung, perlu memperpanjang kabel coaxial ke antenna

· Kabel coaxial untuk frekuensi 2.4 GHz yang panjang selain mahal juga menimbulkan Loss.


ANTENA 2.4 GHz

Beberapa Contoh Design Antena 2.4 GHz

Kebanyakan antenna homebrew wifi yg ada di internet : antenna yagi, antenna

kaleng (tincan antenna), antenna biquad, antenna helix, antenna slotted

waveguide. Komponen yg selalu ada dlm design antenna-antena tsb : N-type Connector & pigtail














































· Kemudahan yang didapat :

· Tidak memerlukan N-type connector dan pigtail sehingga menghemat biaya

· Tidak memerlukan pekerjaan penyolderan

· Tidak ada Loss / redaman sinyal RF

· Tidak ada urusan lagi dengan SWR


ANTENNA WAJAN BOLIC

Kenapa disebut WajanBolic?

· Wajan : penggorengan, alat dapur buat masak

· Bolic : parabolic

· WajanBolic : Antena parabolic yg dibuat dari wajan

Karena berasal dari wajan maka kesempurnaannya tidak sebanding dg antenna parabolic yg sesungguhnya.

Dalam memilih membuat Antena WajanBolic dengan Wifi USB Adapter dengan pertimbangan :

· Tidak perlu pekerjaan penyolderan kabel dan konektor

· Tidak ada pekerjaan modifikasi pada system RF sehingga tidak perlu khawatir dengan masalah SWR

· Tidak perlu bongkar casing PC dalam instalasinya seperti jika menggunakan Wifi PCI Adapter

· Tidak perlu power Supply external, karena power supply Wifi diambil dari port USB PC Desktop atau notebook sehingga memudahkan pada saat outdoor live test menggunakan notebook

· Operasional koneksi ke AP mudah.

Beberapa kekurangan antenna WajanBolic :

· Karena berupa solid dish maka pengaruh angin cukup besar sehingga memerlukan mounting ke tower yang cukup kuat

· Untuk keperluan outdoor diperlukan USB Active Extension Cable beberapa segmen sehingga untuk panjang kabel tertentu harga kabel menjadi lebih mahal dari Wifi USB.


ICS VIA PC WIN 98SE/2000/XP (WIRELESS)

Internet LAN Card1 PC LAN Card #2 Access Point ------- Wireless Client

Adapter + PC Client

· Hub / switch digantikan dengan Access Point

· Pada Access Point perlu 1 (satu) IP address

ICS DG WIRELESS DSL GATEWAY

BEBERAPA CONTOH APLIKASI

· Home to Office Networking

· RT/RW Net

· Wireless ISP (Home to Warnet)


STEP BY STEP PEMBUATAN ANTENA WAJANBOLIC

Bahan-bahan yang diperlukan :

· USB Wifi Adapter + kabel USB + CD driver

· Wireless Access Point

· Wajan aluminium diameter 36 cm

· Pipa PVC 3 inch panjang disesuaikan

· Dop pipa 3 inc : 2 buah

· Besi plat bentuk L

· Baut dan mur besar

· Baut U 1 inch : 1 buah

· Aluminium foil secukupnya

· Lem pipa atau Lem karet

· Silikon rubber


Alat-alat yang diperlukan :

· Mesin bor

· Kabel extender

· Kikir bulat atau lingkaran

· Kikir datar

· Gergaji

· Pisau cutter

· Solder ujung lancip

· Penggaris

· Kunci shock

· Papan kayu untuk alas bor

· Antena tower 2 ~ 3 meter

· Notebook


Hal-hal yang perlu diperhatikan (untuk keselamatan kerja)

1. Alat-alat listrik (mesin bor, solder dsb) yang tidak sedang digunakan dicabut dari stop kontak listrik

2. Benda-benda tajam (cutter, kikir, mata bor dsb)yang tidak sedang dipakai ditaruh pada posisi yang aman.

3. Serpihan-serpihan potongan logam segera dikumpulkan dan dimasukkan ke tempat sampah

Langkah kerja.


Pengetesan antenna :

1. Install driver

2. USB Wifi tidak terpasang ke port USB Notebook/PC

3. Masukkan CD driver dan ikuti langkah-langkah instalasi sampai selesai

4. Hubungkan kabel USB Wifi ke port USB Notebook melalui kabel USB

5. Jika USB Wifi sudah terdeteksi berarti instalasi berhasil

Test koneksi ke Remote Ap :

1. Lakukan scan AP

2. Mencoba konek ke AP yang berhasil di scan

3. Mengamati Signal Strength dan Link Quality

4. Menset IP USB Wifi sesuai dengan IP-nya AP

5. Mencoba test ping ke AP

6. Mengamati hasil tes ping


Test Ping vs Channel AP :

1. Men-set AP pada channel 1 (IP Address tetap)

2. Melakukan scan dan konek pada Wifi USB ke AP channel 1

3. Melakukan test ping ke AP dan mengamati hasilnya

4. Mengulangi langkah 1 s/d 3 untuk AP dengan channel 6 dan 11

5. Membandingkan hasil test ping untuk ketiga channel


Pengkukuran signal strength menggunakan Netstumbler :

1. Aktifkan program Netstumbler

2. Pilih AP yang di-detect

3. Amati level sinyal (. dBm) pada tampilan Netstumbler

4. Ulangi langkah di atas menggunakan USB Wifi yang tidak terpasang pada antenna WajanBolic

5. Bandingkan hasilnya